Minggu, 13 Januari 2008

Kumplan Anekdot Sufi Seulawah


 
Izinkan saya obati diri ini. Terkadang selalu saya anggap bahwa semua musibah itu adalah penderitaan, padahal ternyata itu adalah dua hal yang berbeda. Musibah itu factor external / datangnya dari luar diri kita, semua pasti dapat, bahkan ada yag lebih parah musibahnya dari kita, sedangkan penderitaan adalah factor internal, dari dalam diri kita, kita bisa mengaturnya, ada beberapa opsi atau tawaran, terima atau tidak ( mau menderita atau tidak pada saat musibah datang ). Sedangkan musibah tidak ada opsi, tidak bisa kita atur, semua kebagian, hanya ..saya jadi bingung dan iri, koq ada yang lebih besar musibahnya malah tenang-tenang saja? Oh..berarti dia memilih untuk tidak menderita ! Koq dia bisa saya tidak? Why he can and I can not ? akhirnya saya harus tegaskan -> bahwa : I can if I think I can!

Pernah terdengar kisah seorang alim ulama yang marah-marah karena sendalnya hilang depan masjid. Mukanya memerah merengut seperti preman yang belum dapat bayaran uang pasar. Tiba-tiba datang seorang jama’ah yang (ma’af) buntung kakinya. Dia tersenyum ramah menyapa ; Pak ustadz, alhamdulillah hari ini cerah, saya bisa nyuci pakaian, betapa sering Allah berbuat baik pada saya! Ustadz itu terkejut, dia yang lama kehilangan kaki tapi masih selalu lebih banyak tersenyum, sedangkan saya baru sekali kehilangan alas kaki sudah seperti kehilangan dunia dan isinya, astagfirullah! Bagi yang membenci syiah dan kesufian , saya mau bertanya.” Bagaimana pula kalau yang buntung kakinya adalah seoang sufi dan syiah sedangkan ustadz lulusan Mesir itu adalah umpamanya anggota jamaah tablig, wahaby, PKS, anak buah Osama? Atau sebaliknya, ternyata si buntung itu adalah yang wahaby anti syiah dan kesufian walaupun sikapnya adalah sikap kesufian pencinta akhlaq Imam Aly?” Semoga akan terjawab setelah kita renungkan filsafat semut dalam blog http://jafarsufigo.blogspot.com. Wah! Jadi serius lagi, padahal saya sedang menulis pengantar cerita-cerita lucu dibawah ini.
Saat ini betaburan kisah lucu orang Aceh. Betapa hebatnya jiwa orang Aceh, setelah ditimpa berbagai musibah tapi senyum dan cerita lucu merubah derita mereka menjadi sebuah hikmah yang berharga.
Anekdot Bahasa Aceh.

GAM / AGAM.
Sebenarnya banyak orang luar Aceh yang tidak mengerti makna GAM, termasuk saya yang pada saat baru datang dicandai oleh sahabat-sahabat tercinta jamaah Masjid Nurul Iman Cot Girek Lhoksuko Aceh Utara. Saat itu usai shalat saya duduk-duduk bersama para sahabat yang rata-rata umur dan ilmunya jauh di atas saya, tiba-tiba datang serombongan laki-laki musafir, dengan sopan mereka minta izin untuk shalat jamak di mesjid kami. Ketika mereka shalat, para sahabat berbisik, Ustadz...itu mereka yang sedang shalat semuanya adala GAM! Ah..masa sih? Betul! Berani sumpah! Salah seorang yang lain berkata...kasihan deh, nanti ustadz kita ketakutan, maksudnya bahwa mereka yang sholat itu semuanya AGAM atau orang laki-laki. Saya baru sadar, bahwa yang dimaksud GAM oleh para sahabat adalah itu bukan yang disingkat. Masya Allah! Mereka tertawa melihat saya tersenyum!
Nah, sebelum dipelesetkan menjadi Angkatan Gerakan Atjeh Merdeka, GAM / AGAM dalam bahasa Aceh adalah anak / orang laki-laki, lawannya INONG yang artinya perempuan.


Ada GAM ?


Konon khabarnya, ketika istilah itu belum bermasyarakat. Pasukan TNI menyisir sebuah daerah lalu datang kesebuah rumah yang dihuni oleh petani yang rajin tak pernah baca koran atau bicara politik di kedai kopi padahal hampir 90persen orang lelaki Aceh suka kopi dan baca koran politik di kedai, tapi saking rajinnya bapak yang punya satu anak lelaki ini tak pernah tahu politik dalam dan luar negri bahkan informasi perubahan nama dari AM / Aceh Merdeka menjadi GAM Gerakan Aceh Merdeka.
” Hai Pak Tua, ada si GAM di rumah ini ? ” tanya tentara.
Dengan bangga dan senyum bahagia bapak itu menjawab :” Ohh.Na! Lon na gam sidro, gam hino siat ! (Oh..ada, saya punya anak lelaki seorang di rumah! Gam ( ujang!otong!buyung!anak lelaki sayang!)Kemari sebentar!” panggilnya untuk anaknya yang sedang berada di kamar.
Ketika anak itu keluar, tentara itu bertanya “ Kamu GAM ya!?
Anak remaja baru belasan tahun itu rupanya sering baca koran, dia tersenyum dan bertanya “ Siapa katakan saya GAM?”
” Bapak kamu !”
” Iya saya memang gamnya ayah saya, tapi saya pelajar, saya bukan GAM!”
”Apa maksud kamu?”
”Gam itu bahasa Aceh artinya anak lelaki, saya baca kalau suku daerah bapak mungkin manggilnya otong, ujang, cah lanangku! Kalau di sumatra barat gam itu buyung, di Medan dipanggil dengan ucok! Nah, ayah saya saat ini mungkin belum tahu bahwa gam sudah masuk istilah poitik!”
Coba bayangkan kalau tadi langsung tembak! Di Takengon ceritanya lain lagi !

KAMU GAM YA? INGGIH !

Inggih dalam bahasa jawa halus artinya YA ! Inggih dalam bahasa Takengon Aceh Tengah artinya TIDAK ! Lihat,maknanya jauh sekali, baena samaa wa sumur!
Jadi, kalau terjadi, ini kalau terjadi, semoga belum atau tak pernah terjadi! Tentara jawa datang ke Aceh Tengah lalu bertanya pada orang yang tak bisa bahasa indonesia. ” Kamu GAM?” mereka menjawab ” Inggih !” Nah tentara jawa ini tidak tahu bahwa inggih bahasa Takengon artinya tidak bukan ya ! Apa yang terjadi kemudian dari missunderstanding ini ? Anda bisa bayangkan bahwa betapa pentingnya bahasa!

KUD ^BUD di ACEH
Konon ada selentingan, wallahu ’a’lam mudah-mudahan Cuma anekdot! KUD dan BUD kurang bagus berjalan di Aceh katanya karena dari istilah saja orangAceh udah takut bagaimana bisa berkoprasi ? BUD dalam bahasa aceh artinya kerjaan, KUD artinya diambil, jadi apa mau kalau apa yang sudah dikerjakan hasil tani mereka lalu diambil pemerintah, ya jelas tak mau lah! Makanya buat istilah itu lihat-lihat dimana mau diterapkan, kaya dakwah juga kan, harus melihat qadra uqulihim / kadar situasional konsepsional audience yang mau didakwahi jangan asal main centralisasi saja!

JAWATAN = jawa tan –> ( jawa tak ada ) –> DEPARTEMEN

Apa betul istilah jawatan dirubah dengan departemen karena rancu dengan bahasa daerah? Umpamanya> JAWATAN KERETA API, kalau bahasa aceh berarti jawa tanpa kereta api, padahal di jawa banyak kereta api malah yang di Aceh sudah dirorod! JAWATAN AGAMA, kalau dalam bahasa Aceh artinya jawa tak beragama, padahal di jawa paling banyak agama bahkan aliran yang aneh-aneh terus berunculan, di aceh agama Cuma satu! Nah makanya diganti dengan departemen, entahlah!hahaha!

Harga kepalamu / ulemoe?

Seorang polisi bertanya pada pedagang pisang :
” Berapa satu sisir pisang ini ? ”
” Lima ribu ! “
“ Kalau yang ini?” tanya polisi sambil menunjuk tandan yang di gantung.
” Oh yang itu 25 ribu ! ”
”Koq lebih mahal ?”
” Sebab itu harga satu kepalamu!”
Polisi itu terkejut dan bingung, apa hubungannya harga pisang dengan harga kepalanya? Hatinya bergumam”Koq tukang pisang di Aceh ini lancang sekali menyamakan harga satu kepala polisi dengan harga pisang ?” Karena penjual pisang itupun menterjemahkan ulemou dengan kepalamu mestinya diterjemahkan kepala tandan pisang yang besar-besar hingga jelas lebih mahal.

Tentara berselingkuh di Aceh ?

” Ini dua orang anak bapak?” tanya tentara pada salah seorang penduduk Aceh yang belum lancar bahasa indonesia.
”Ini anak saya, ini anakmu !”
”Kapan saya berselingkuh dengan istri bapak koq dikatakan anak saya ?”
Datang orang yang mengerti dua bahasa menengahi. Menerangkan bahwa maksud anakmoew dalam bahasa Aceh artinya adalah anak tiri.